Selasa, 21 Maret 2017

jurus taiwan menggempur indonesia


Jakarta - Dukungan pemerintah dalam mengenalkan produk lokal ke luar negeri jadi sokongan kuat bagi para pelaku industrinya. Ini yang dilakukan Taiwan Trade Development Council (TAITRA) terhadap produk-produk teknologi buatan negerinya.

TAITRA gencar melakukan kampanye Taiwan Excellence agar produknya dikenal di berbagai negara, tak terkecuali Indonesia yang pasarnya memang menggiurkan.

Dikatakan Manager TAITRA Macy J.J. Chen, di tengah maraton perkembangan teknologi yang pesat, para pemain di industri informasi komunikasi dan teknologi (ICT) kian gencar berlomba menarik minat konsumen. Hal ini mendorong lonjakan dalam ragam jenis produk yang ada di hampir semua kategori.


Kampanye Taiwan Excellence yang diselenggarakan Biro Perdagangan Luar Negeri Taiwan (BOFT), Kementerian Ekonomi Taiwan (MOEA) dan dilaksanakan TAITRA bertujuan memberi solusi bagi kedua belah pihak, yakni membantu produsen menguatkan eksistensinya di pasar luar negeri dan menghadirkan produk yang sudah lolos uji kualitas bagi konsumen untuk dipilih.

"Kampanye ini diatur oleh pemerintah Taiwan. Kami rutin mengundang berbagai ahli yang akan mengecek kualitas dan memilih produk terbaik yang akan dipasarkan ke luar. Taiwan Excellence hanya memilih 53 produk terbaik yang dibagi dalam kategori ICT, kesehatan dan olahraga," kata Macy di Locanda Resto, Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (21/9/2016).

Ditambahkannya, Taiwan ingin agar kampanye Taiwan Excellence menjadi sebuah label kepercayaan, simbol dari inovasi dan nilai unggulan tambahan yang konsumen butuhkan.

Macy mengklaim, di lebih dari 100 negara, semua merk dan produk yang dilabeli Taiwan Excellence telah terbukti secara pengembangan dan riset, desain, kualitas, marketing dan manufaktur Taiwan. Nilai-nilai ini merepresentasikan Taiwan dan industrinya.

"Ketika orang mendengar atau melihat label Taiwan Excellence, kami ingin mereka merasa percaya dengan kualitas produk yang ditawarkan untuk menunjang gaya hidup mereka. Karena produk dan merk di bawah kampanye Taiwan Excellence telah teruji dan terpercaya," sebutnya.

Sementara itu, pengamat teknologi dan gadget Lucky Sebastian menyebutkan, antusiasme tinggi terhadap perkembangan teknologi menjadi salah satu faktor yang membuat Indonesia jadi pasar yang menarik bagi produsen teknologi.

"Adopsi digital yang tinggi, koneksi internet kita juga sekarang gak jelek-jelek amat. Kita lagi senang-senangnya beralih dari analog ke digital. Dari barang high end sampai yang murah pasarnya ada. Gak semua negara seperti itu. Konsumen kita beragam, antusias dan cepat adaptasinya. Ini menarik bagi produsen," kata Lucky.

Dia tak memungkiri bahwa dengan banyaknya pilihan produk membanjiri Indonesia, malah sering membuat konsumen kebingungan. Namun dia menilai konsumen saat ini sudah semakin cerdas. Nantinya mereka akan membentuk preferensi sendiri dalam memilih produk.

"Banyak pilihan itu baik. Kita punya kebebasan memilih. Tapi konsumen jadinya mencari tahu produk mana yang cocok untuk mereka. Pengaruhnya bisa dari melihat review, melihat apa yang dipakai teman atau saudara, mencari informasi mengenai produk terbaik dan sebagainya. Pilihan-pilihan ini nantinya akan menentukan apakah produk ini layak mereka beli atau tidak," simpulnya.

Acara ini dimanfaatkan pula oleh TAITRA untuk memamerkan produk-produk yang masuk dalam label Taiwan Excellence. Beberapa nama di antaranya sudah tidak asing di telinga seperti Asus, Acer, HTC, BenQ, MSI dan Transcend. Brand lain yang turut dipamerkan adalah Edimax, Plustek, Opro9, PX Wireless HD Sender, Thermaltake, Just Mobile dan EverFocus. (rns/fyk)

Senin, 20 Maret 2017

masalah tik indonesia


Liputan6.com, Jakarta - Perkembangan teknologi, informasi dan komunikasi (TIK) terjadi dengan sangat pesat. Di Indonesia, berbagai masalah terkait TIK jugak sedang diperhatikan agar bisa membantu mendorong peningkatan eknonomi di Tanah Air.
Salah satu pihak yang memberikan perhatian lebih pada bidang TIK ialah organisasi e-Indonesia Initiatives Forum (eII Forum). Organisasi ini dipimpin oleh Profesor Suhono Harso Supangkat yang merupakan guru besar di Institut Teknologi Bandung (TIB).

Mencoba meneropong masa depan, Suhono menyebutkan setidaknya ada tujuh masalah terkait bidang TIK yang harus diperhatikan pada tahun 2015 mendatang.

"Bicara lima tahun ke depan, tujuh masalah ini harus menjadi hal yang dipertimbangkan semua pihak di TIK," ungkap Suhono saat membuka Diskusi ICT Outlook 2015, di Jakarta dalam keterangan yang diterima Tekno Liputan6.com.

Tujuh hal tersebut diakui menjadi sorotan utama eII Forum, di antaranya pemerataan dan peningkatan kualitas akses Pita Lebar. Di dalam poin ini termasuk pemanfaatan 4G dan Rencana Pita Lebar Indonesia yang rencananya akan dioptimalisasi oleh pemerintah.

Poin kedua ialah efektifitas, keamanan, kecepatan dan Kecerdasan (server) dan sistem layanan di Data Center dan Cloud Computing. Ketiga, penggunaan perangkat berbasis Internet protocol (IP) seperti Internet of Things dan Machine to Machine (M2M).

Keempat, implementasi e-government, smart city, smart maritime dan lainnya. Kelima, peningkatan kapasitas industri dalam negeri dari sisi konten kreatif, perangkat dan sistem. Keenam, pengembangan SDM (sumber daya manusia) dan yang terakhir ialah kedaulatan TIK dalam kenegaraan.

"Kami selama 10 kali melakukan kegiatan eII Forum telah menghasilkan C-gen, Garuda Smart City Maturity Model dan smart city platform. Garuda Smart City Maturity Model adalah model pengukuran tingkat Kematangan menuju smart city sudah dipakai untuk mengukur 9 kota. Banyak hal yang terus kami lakukan mengacu pada tujuh masalah utama itu," papar Suhono.

Diharapkannya, ke depan ada standarisasi nasional tentang smart city nasional, begitu juga di bidang internet of things yang sedang digalakkan di berbagai penjuru dunia maupu di industri teknologi.

"Smart City sekarang menjadi tren, saya rasa harus ada standarisasi mulai dari hubungan antara komponen pendukung smart city, M2M, IOT, dan aplikasi ke platform," tandas Suhono.

(den/dew)