Perkembangan TIK di Indonesia
Banyak
perubahan-perubahan yang telah terjadi di dunia ini dimana setiap
perubahan dapat diketahui dan dirasakan oleh seluruh dunia secara cepat
dan memiliki kesamaan dengan sumber perubahan tersebut. Perubahan itu
dapat berupa fisik maupun non-fisik, seperti kemajuan teknologi;
komputer, telepon seluler, satelit, mobil dan lain sebagainya. Sedangkan
perubahan non-fisik bisa berupa perkembangan ilmu pengetahuan seperti
ditemukannya banyak teori-teori baru dalam manajemen, psikologi,
kedokteran dan lain sebagainya, bahkan perkembangan ideologi di suatu
tempat atau negara dapat diterima di negara yang lain. Tidak hanya yang
bersifat positif, bahkan perubahan-perubahan negative pun dapat
disebarkan keseluruh dunia, seperti virus, krisis ekonomi dan lain
sebagainya.
Inilah
kehebatan dari kehidupan di era informasi atau abad 21, semua perubahan
dapat berlangsung dalam hitungan detik dan berpindah-pindah dengan
mudah dan cepat. Era informasi yang ditandai dengan berkembangnya
masyarakat dunia yang berpengetahuan telah menjadi tuntutan semua
negara, bahkan Persatuan Bangsa-Bangsa melalui Konfrensi-konfrensi
tingkat tinggi yang diberi nama KTT Masyarakat Informasi telah
menyetujui terbentuknya masyarakat informasi di seluruh dunia yang pada
akhirnya berdampak pada kebijakan di seluruh negara-negara dunia untuk
mengembangkan segala kebutuhan yang berkaitan dengan teknologi informasi
dan komunikasi.
Tentunya
hasil KTT ini tidak tanpa tujuan yang jelas, melalui KTT ini diharapkan
tumbuhnya bangsa-bangsa yang sadar dan cepat menangkap informasi
sehingga akan berdampak pada pertumbuhan pengetahuan-pengetahuan yang
menjadi dasar untuk terbentuknya masyarakat berpengetahuan di seluruh
belahan dunia. Pada akhirnya tidak ada lagi negara berkembang dan negara
terbelakang dari segi pengetahuan dan kemandirian.
Masyarakat
informasi dan masyarakat berpengetahuan telah menjadi tujuan bersama
yang telah ditetapkan di dalam KTT tersebut, hal ini juga senada dengan
pernyataan Peter S. Drucker, seorang pakar manajemen barat bahwa aset
paling berharga bagi perusahaan (bahkan negara) pada abad 21 ialah ilmu
pengetahuan dan pekerja atau masyarakat terdidik (knowledge people).
Pengetahuan telah menjadi modal bagi pembangunan ekonomi, menggantikan
sumber daya alam yang tidak dapat menjadi andalan lantaran dapat
terdepresi bahkan memunculkan perusakan lingkungan yang berujung pada
kerugian umat manusia.
Selama
sejarah umat manusia, sumber daya alam (SDA) seperti tanah, mineral,
minyak bumi dan hutan merupakan modal kesuksesan suatu bangsa. Namun,
kini SDA bukan faktor utama lagi dan masyarakat modern sekarang ini
telah menemukan kekuatan baru yang non-fisik dan selalu dapat
terbarukan, itulah yang disebut dengan knowledge. Hal ini dapat
dibuktikan dengan lahirnya seorang Bill Gates sebagai salah satu orang
terkaya di dunia yang bukan lahir di lingkungan kaya, tuan tanah atau
keluarga yang memiliki bisnis bahan mineral. Untuk pertama kali di dalam
sejarah manusia orang terkaya di dunia lahir hanya dengan bermodalkan knowledge, khususnya ilmu tentang teknologi komputer.
Melihat
kenyataan tersebut dapat digambarkan bagaimana pengetahuan tentang
teknologi informasi saat ini dapat mengalahkan hasil pencapaian
peradaban terdahulu. Salah satu contoh negara yang telah menerapkan ilmu
pengetahuan dan informasi dalam menciptakan keberhasilan pembangunan
adalah Finlandia sehingga telah menjadi knowledge based society
yang terkaya di dunia, Finlandia menjadikan pengetahuan dan informasi
sebagai faktor penting dalam setiap proses menciptakan nilai dalam
kehidupan masyarakat. Masyarakat dibangun dengan faktor menciptakan,
menyebarkan, dan menggunakan pengetahuan untuk meningkatkan nilai tambah
hingga menaikkan tingkat kesejahteraan. Ciri lainnya adalah terjadi
perubahan cepat dalam pengembangan teknologi, terutama teknologi
informasi dann komunikasi (TIK) yang menjadi andalan bangsa ini. Untuk
mencapai kemajuan pesat dalam teknologi ini, Finlandia mengeluarkan
investasi besar bagi kegiatan riset dan pengembangan TIK. Untuk di bidang riset dan pengembangan, Finlandia di antara Negara-negara anggota Organization for Economic Coorperation and Development (OECD)
menduduki urutan kedua setelah Swedia. Pemanfaatan TIK di negara ini
digarap secara total di segala lini, mulai dari hulu hingga hilir dan
membutuhkan sumber daya manusia yang spesialis dan terdidik.
Melihat
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang pesat dan maju di
negara-negara yang ada di dunia, seperti negara-negara Eropa dan Amerika
kini telah menjalar negara-negara ke Asia yaitu Jepang, China, Korea
Selatan dan India. Semua ini memang tak lepas dari peran positif
globalisasi dan pengembangan teknologi informasi dan komunikasi.
Sehingga di negara Eropa Utara memiliki program belajar seumur hidup,
pengembangan inovasi nasional, peningkatan investasi riset dan
pengembangan serta pelaksanaan laboratorium masyarakat informasi di
Eropa. Selain itu China juga menerapkan hal yang sama dalam mengelola
negaranya yaitu mengoptimalkan peran teknologi informasi dalam
pembangunan bahkan mengembangkan secara intens dalam program-program
pendidikan. Pada akhirnya China mampu bersaing bahkan menjadi negara
yang maju untuk bidang TIK.
Kebijakan Internasional dan Nasional dalam Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi
Melihat
perkembangan yang pesat di bidang TIK ini pada akhirnya Perserikatan
Bangsa-Bangsa melalui program KTT menyelenggarakan secara khusus agenda
tersebut yang diberi nama dengan KTT Masyarakat Informasi atau World Summit on the Information Society
(WSIS). KTT tersebut telah diselenggarakan secara berkala yang pada
pertemuan terakhir diselenggarakan di Tunisia pada tanggal 16-18
November 2005 yang mengesahkan dua dokumen:
- Tunis Commitment sebagai payung komitmen politik kepala negara dalam mewujudkan masyarakat informasi. Tunis Commitment disepakati antara lain pentingnya prinsip-prinsip universality, indivisibility, independensi dan inter-relasi hak-hak dasar manusia; peran dan tanggung jawab pemerintah dalam kebijakan publik; peran dan kemitraan kalangan bisnis, LSM dan kerjasama PBB dan organisasi internasional lainnya; akses pada informasi dan kerjasama IPTEK dalam memperkuat ekonomi dan pembangunan; peningkatan kemampuan SDM; prinsip universal dan non-diskriminasi dalam mendapatkan manfaat TIK, dan membantu dalam mencapai Millenium Development Goals (MDGs).
- Tunis Agenda for the Information Society sebagai pedoman operasional untuk mewujudkan masyarakat informasi yang meliputi mekanisme keuangan (Financial Mechanism), pengelolaan internet (Internet governance) dan pelaksanaan dan tindak lanjut (Implementation and Follow-Up).
Pertemuan
tersebut mengharuskan seluruh negara-negara dunia untuk berperan aktif
dalam mewujudkan masyarakat informasi termasuk Indonesia yang pada
akhirnya membuat roadmap atau peta serta program menuju “Indonesia Information Society 2015”.
Salah satu ciri dari masyarakat informasi setidaknya 50 persen penduduk
Indonesia sudah dapat mengakses teknologi informasi dan komunikasi.
Rencana tersebut difokuskan pada upaya menjembatani kesenjangan
informasi di daerah-daerah yang belum memiliki akses informasi dan
komunikasi. Adapun manfaat keberadaan TIK bagi bangsa Indonesia adalah :
- Mendukung perbaikan keamanan dan mempercepat perkembangan kesejahteraan sosial dan ekonomi.
- Mengatasi berbagai kesenjangan antara pusat dan daerah dalam mendukung suatu sistem yang lebih adil dan makmur.
- Meningkatkan akses informasi dan pengetahuan.
- Meningkatkan kemampuan sumber daya manusia (human capacity building).
- Mendukung proses demokrasi dan transparansi birokrasi.
- Membentuk masyarakat informasi (knowledge-based society).
Indonesia
sebagai negara kepulauan, memiliki sekitar 17 ribu lebih pulau (6 ribu
pulau berpenduduk) yang tersebar dalam area geografis 1.919.440 km2.
di satu sisi kondisi ini merupakan suatu keuntungan yang besar bagi
bangsa kita karena memiliki sumber daya yang besar, baik secara
demografis maupun geografis. Jumlah pulau yang tersebar begitu banyak
justru menjadi hambatan dalam proses pembangunan dan pengembangan TIK.
Aspek tingginya biaya menjadi salah satu faktor penting sulitnya
pembangunan dan pengembangan TIK hingga ke pelosok negeri, sehingga
fokus pembangunan lebih banyak dititikberatkan pada wilayah-wilayah yang
memiliki nilai ekonomis yang tinggi seperti pulau Jawa dan sebagian
Sumatra.
Selain
itu, perkembangan pembangunan infrastruktur telekomunikasi di Indonesia
masih belum memadai. Jumlah sambungan telepon tetap baru 8,7 juta atau
dengan tingkat teledensitas kurang dari 4 persen. Sementara pemerintah
menargetkan jumlah sambungan telepon per 100 penduduk sebesar 13% pada
tahun 2009. Hal itu berkebalikan dengan penetrasi telepon seluler yang
telah mencapai 22,8%. Sampai saat ini terdapat sekitar 43 ribu desa atau
65% desa yang belum terjangkau oleh jaringan telepon.
Asumsi dari Internet World Stats
yang memprediksi dari jumlah penduduk Indonesia di tahun 2009 adalah
sekitar 240 juta orang penetrasi internet diperkirakan hanya 10,4
persen. Indonesia hanya menempati ranking ke-22 dari seluruh negara di
Asia Untuk 5 besar penetrasi internet di Asia adalah:
- Korea Selatan (77,3%)
- Jepang (74,0%)
- Hongkong (69,2%)
- Singapura (66,7%)
- Taiwan (65,9%)
Di
sektor sumber daya manusia, jumlah perguruan tinggi (baik negeri maupun
swasta) yang melaksanakan program informatika/komputer berjumlah 476
perguruan tinggi, bidang komunikasi berjumlah 136 perguruan tinggi,
dengan lulusan per tahunnya sebanyak + 25.000 orang, dimana hal
ini masih jauh dari kebutuhan secara nasional. Kondisi ini didukung oleh
rata-rata partisipasi masyarakat dalam mengikuti pendidikan yang masih
rendah. Terutama untuk 7-12 tahun dan 13-15 tahun hanya mencapai angka
95,26% dan 82,09% bahkan untuk tingkat perguruan tinggi hanya mencapai
angka 13% (BPS, 2006).
Di
lain sisi, Pemerintah menargetkan pada tahun 2010 seluruh desa dan
kecamatan di Tanah Air telah terhubung dengan infrastruktur telepon dan
internet. Pada tahun 2010 seluruh daerah perbatasan di tanah air juga
diharapkan dapat menerima siaran TVRI dan RRI. Sebelumnya menurut
Menteri Komunikasi dan Informasi (Kabinet Indonesia Bersatu I), Mohammad
Nuh mengatakan, total desa yang belum terjangkau jaringan
telekomunikasi sebanyak 31 ribu. Akhir tahun 2009, semua jaringan dapat
menjangkau seluruh desa. Menurutnya, untuk menyediakan jaringan
telekomunikasi tersebut disediakan anggaran sekitar Rp 2 triliun.
Setelah jaringan tersambung yang menjadi pemikiran ialah keterjangkauan
akses telekomunikasi bagi masyarakat desa. Sebab, dari akses internet
tersebut masyarakat bisa melakukan transaksi ekonomi. Seluruh desa di
Indonesia jumlahnya mencapai 72 ribu lebih yang ditargetkan memiliki
rumah pintar lengkap dengan semua fasilitas penunjangnya termasuk
jaringan internet.
Blueprint TIK Indonesia
Untuk menentukan arah pembangunan bidang TIK di Indonesia, perlu menetapkan blueprint (cetak biru) dan roadmap agar setiap langkah pengembangan TIK menjadi lebih terarah dan sinergis. Blueprint dan roadmap
tersebut sangat diperlukan untuk menentukan arah perkembangan dan
langkah-langkah yang harus ditempuh dalam mewujudkan masyarakat
Indonesia yang berbasis pengetahuan. Ada 4 (empat) komponen penting
dalam menentukan blueprint TIK Indonesia :
1. Infrastruktur TIK
Saat
ini pembangunan infrastruktur TIK masih menjadi prioritas utama dalam
pembangunan TIK Indonesia. Dari tahun ke tahun tingkat kebutuhan
infrastruktur TIK semakin tinggi, namun tidak diimbangi dengan
pertumbuhan pembangunan infrastruktur itu sendiri.
Berikut ini adalah beberapa program pembangunan infrastruktur TIK yang saat ini sedang dan akan dilaksanakan:
a. Universal Service Obligation (USO)
Program
USO atau Kewajiban Kontribusi Pelayanan Universal Telekomunikasi
merupakan penyediaan akses dan layanan telekomunikasi di daerah
terpencil, perintisan, atau daerah perbatasan. Sumber pendanaan pokok
berasal dari kontribusi 0,75% dari annual gross revenue seluruh
penyelenggara telekomunikasi. Diharapkan dari program ini pada tahun
2010 seluruh desa di Indonesia telah memiliki minimal 1 (satu) jalur
telepon. Sedangkan tahun 2015 ditargetkan 50% (lima puluh persen) desa
di seluruh Indonesia sudah bisa mengakses internet.
b. Palapa Ring Project
Terkait
juga dengan pengembangan jaringan infrastruktur telekomunikasi,
pemerintah tengah mengusahakan untuk pembangunan jaringan serat optik
Palapa Ring sebagai tulang punggung (backbone) bagi sistem
telekomunikasi nasional. Palapa Ring merupakan jaringan kabel bawah laut
berbentuk cincin terintegrasi yang membentang dari Sumatera Utara
hingga Papua bagian barat yang panjangnya sekitar 25.000 km. dengan
terwujudnya jaringan serat optik Palapa Ring, maka aliran komunikasi dan
informasi akan semakin tersebar merata ke seluruh wilayah Indonesia.
Terobosan luar biasa ini akan membuka hambatan informasi (information barrier) di daerah Indonesia timur yang diharapkan mampu memacu pertumbuhan perekonomian di daerah tersebut.
c. Penyelenggaraan Broadband Wireless Access
Program
ini merupakan salah satu usaha pemerintah untuk membangun jaringan
infrastruktur komunikasi dan informasi. Dengan pembebasan ijin pita
frekuensi 2,4 GHz, diharapkan mampu meningkatkan dan memasyarakatkan
penggunaan internet di Indonesia serta menekan biaya akses internet yang
masih terbilang mahal dibandingkan negara lain.
2. E-edukasi
Pembangunan
dan pengembangan e-edukasi sebagai pendukung perkembangan TIK di
Indonesia dirasa masih belum memadai. Selain masih rendahnya rata-rata
partisipasi masyarakat dalam mengikuti pendidikan, namun juga kesadaran
masyarakat akan pentingnya TIK adalah menjadi salah satu faktor
utamanya. Untuk itu perlu adanya sejumlah program pengembangan e-edukasi
di Indonesia, di antaranya :
a. Standar Kompetensi Profesi SDM TIK
Tingginya
permintaan pasar akan profesi TIK di Indonesia mendorong perlunya
standar kompetensi profesi yang baku bagi sumber daya manusia di bidang
TIK. Standar kompetensi ini diperlukan untuk menjaga kualitas agar mampu
bersaing dengan tenaga kerja asing. Untuk itu perlu adanya kerjasama
dari berbagai stakeholders agar dapat merumuskan standar kompetensi profesi SDM TIK yang tepat bagi kebutuhan pasar industri.
b. Kampanye Penggunaan Internet untuk Pendidikan
Walaupun
jumlah pengguna internet maupun jumlah internet domains di Indonesia
meningkat secara tajam, namun pemanfaatan internet untuk pembelajaran
masih terbatas. Selain pola belajar masih menggunakan pola konvensional,
namun juga karena adanya keterbatasan sarana dan prasarana yang
menunjang penggunaan internet untuk pendidikan, seperti kurangnya
ketersediaan komputer di sekolah, tidak adanya akses telekomunikasi yang
memadai, serta masih mahalnya biaya akses internet. Diharapkan sebagian
besar perguruan tinggi dan sekolah terhubung internet dan literasi TI
sebagai bagian dari Masyarakat Berbasis Informasi.
c. Pengembangan Software Pendidikan
Dengan mengembangkan software
pendidikan akan meningkatkan pemerataan materi pendidikan dan
kompetensi yang baik bagi para pelajar. Program ini mengimplementasikan
sistem pembelajaran dengan menggunakan software sebagai alat
bantu guna memberikan kemudahan dalam proses belajar-mengajar, baik bagi
para pelajar dan khususnya para pengajar dalam menyampaikan material
kepada para anak didik. Diharapkan sebagian besar sekolah di Indonesia
dapat menggunakan alat bantu software pendidikan sebagai salah satu alat bantu mengajar.
3. E-Government
Dalam rangka membangun e-government di institusi pemerintahan, secara formal e-government di Indonesia telah dimulai sejak tahun 2003 saat diterbitkannya Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E-Government melalui Inpres No. 3 Tahun 2003 yang merupakan payung bagi kebijakan di bidang e-government. Ada sejumlah langkah-langkah yang diambil, yaitu :
a. Rencana Legalisasi Software Pemerintah
Langkah tersebut diambil untuk menekan angka pembajakan software di instansi pemerintah. Selain itu juga dampak dari legalisasi tersebut mendorong penggunaan software berbasis open source yang relatif lebih murah sehingga mampu menurunkan biaya belanja untuk pengadaan software. Jumlah pembajakan berkurang (Pemerintah: 0%, Nasional : 65%) dan meningkatkan citra positif Indonesia di mata internasional.
b. E-procurement
Dengan adanya proses pengadaan barang dan jasa di instansi pemerintah melalui e-procurement,
diharapkan proses pengadaan barang dan jasa menjadi lebih efektif,
efisien, transparan, serta mampu menekan perilaku-perilaku KKN yang
kerap kali terjadi. Saat ini, proses pengadaan barang dan jasa melalui
internet masih dalam tahap e-announcement (pengumuman melalui situs).
c. National Single Window
National Single Window diterapkan untuk integrasi semua layanan pemerintah lintas departemen dalam satu pintu sehingga lebih efisien. National Single Window
menyediakan layanan perdagangan ekspor dan impor dalam satu kanal
website pemerintah yang mencakup proses pengurusan bea cukai,
pengiriman, transfer bank, asuransi, perizinan, dan sebagainya. Intinya,
adanya integrasi semua layanan pemerintah lintas departemen dalam satu
pintu. Tujuannya adalah peluang ekspor dan impor lebih besar dan proses
lebih cepat serta mempercepat pergerakan perekonomian Indonesia.
4. Pengembangan Industri TIK dan Perangkat Pendukung
Pembangunan
dan pengembangan TIK perlu didukung oleh industri TIK yang berkompeten
serta perangkat-perangkat pendukung lainnya. Pengembangan Technopark
yang terintegrasi antar akademik dan industri TIK di Indonesia
merupakan salah satu usaha pengembangan industri TIK. Selain itu dengan
adanya Venture Capital untuk industri TIK diharapkan menjadi
alternatif dalam menghadapi perkembangan teknologi konvergensi TIK yang
meliputi telekomunikasi, komputer, elektronik, teknologi informasi, dan
penyiaran. Tujuannya untuk mewujudkan situasi yang kondusif dalam
mendukung bisnis industri TIK di Indonesia.
Kondisi
itu perlu didukung oleh sejumlah perangkat pendukung terutama perangkat
hukum yang menaunginya. UU ITE dan UU Konvergensi TIK sebagai perangkat
hukum yang tidak hanya melindungi industri TIK tetapi juga melindungi
semua kepentingan umum. Selain itu, diharapkan perlunya regulasi TIK
lintas industri terkait yang efektif dan efisien. Hal ini senada dengan
hasil Konferensi Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk
Indonesia 3-4 Mei 2006, Aula Barat & Timur Institut Teknologi
Bandung yang memberikan gambaran roadmap pembangunan TIK di Indonesia .
Dewan TIK Nasional
Semua proses dari setiap komponen blueprint tersebut bisa berjalan efektif dibutuhkan suatu adanya e-leadership
yang mempunyai kewenangan untuk mengambil keputusan lintas departemen.
Selain itu perlunya dukungan profesional untuk merumuskan kebijakan dan
mengkomunikasikan ke semua stakeholders. Atas dasar itulah, Dewan Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional (DeTIKNas) didirikan.
Berdasarkan Keppres No. 20 Tahun 2006, DeTIKNas bertugas :
- Merumuskan kebijakan umum dan arahan strategis pembangunan nasional melalui pendayagunaan teknologi informasi dan komunikasi.
- Melakukan pengkajian dalam menetapkan langkah-langkah penyelesaian permasalahan strategis yang timbul dalam rangka pengembangan teknologi informasi dan komunikasi;
- Melakukan koordinasi nasional meliputi dengan instansi Pemerintah Pusat/Daerah, Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik/Daerah, Dunia Usaha, Lembaga Profesional, dan komunitas teknologi informasi dan komunikasi, serta masyarakat pada umumnya;
- Memberikan persetujuan atas pelaksanaan program teknologi informasi dan komunikasi yang bersifat lintas departemen agar efektif dan efisien.
http://saskiaputrim.blogspot.com/2013/02/perkembangan-tik-di-indonesia.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar